Pendahuluan
Menulis naskah dan mengirimkannya ke penerbit buku memang tidak mudah, tetapi banyak penulis memimpikan hal ini.
Untuk mewujudkannya, penulis perlu memahami proses tulis-menulis secara menyeluruh.
Mereka harus bisa mengumpulkan ide, menulis dengan tata bahasa yang sesuai PUEBI dan EYD, serta membangun kebiasaan menulis yang produktif.
Banyak orang ingin menerbitkan naskah mereka melalui penerbit buku. Namun, tak sedikit dari mereka yang hanya berhenti pada keinginan dan angan-angan.
Saat ditanya mengapa naskahnya belum selesai, mereka menyebut berbagai alasan.
Beberapa merasa kehabisan ide.
Yang lain mengaku terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-hari.
Banyak pula yang mudah terdistraksi, tidak memiliki tenggat waktu, dan tidak menetapkan target khusus untuk menyelesaikan naskahnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, kami telah merangkum 5 teknik menulis yang bisa kamu terapkan agar naskahmu lebih cepat selesai dan berpeluang besar diterbitkan oleh penerbit buku.
1. Buat jadwal dan mulai menulis
Menulis buku adalah investasi waktu yang berharga.
Setiap penulis memiliki waktu terbaik atau golden time mereka sendiri untuk menulis secara optimal.
Di awal perjalanan menulis, mungkin Anda belum mengetahui kapan waktu terbaik tersebut.
Namun, seiring dengan latihan dan kebiasaan, Anda akan menemukan momen yang paling produktif untuk menuangkan ide-ide ke dalam tulisan.
Begitu menemukan waktu terbaik, jadikanlah menulis sebagai kebiasaan yang konsisten setiap hari pada jam yang sama.
Jangan terlalu banyak menunda dengan alasan menunggu ide, menunggu suasana hati yang baik, atau menunggu waktu luang.
Jika terlalu sering menunda dengan alasan “nanti” atau “kalau”, maka kebiasaan menulis tidak akan pernah terbentuk.
Ketika mendapatkan ide untuk menulis nonfiksi, segera tuangkan ke dalam tulisan, meskipun sedang merasa malas.
Jika tidak memiliki ide, tetaplah mulai menulis dengan alat tulis atau mengetik di perangkat yang tersedia.
Sering kali, ide akan muncul dengan sendirinya seiring dengan proses menulis.
Tidak perlu menunggu inspirasi besar untuk memulai.
Tuliskan apa pun yang terlintas dalam pikiran, karena sering kali ide-ide yang lebih baik muncul saat proses menulis sudah berjalan.
Dengan latihan dan konsistensi, menulis akan menjadi lebih mudah dan produktif.
2. Konsentrasi
Merangkai ide, gagasan, atau cerita dalam tulisan agar mudah dipahami pembaca membutuhkan fokus yang tinggi.
Untuk mencapai konsentrasi penuh, penting untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas dari gangguan.
Salah satu gangguan terbesar saat ini adalah gawai, yang sering kali mengalihkan perhatian dengan notifikasi atau dorongan untuk membuka media sosial.
Oleh karena itu, saat menulis, sebaiknya jauhkan ponsel atau aktifkan mode do not disturb agar Anda dapat benar-benar terfokus.
Selain itu, pastikan ruang kerja Anda mendukung produktivitas.
Misalnya, atur meja kerja agar rapi dan nyaman, dengan pencahayaan yang cukup dan kursi yang ergonomis.
Jika Anda membutuhkan referensi dalam menulis, susun buku, catatan, atau sumber informasi lain di tempat yang mudah dijangkau.
Dengan begitu, ketika Anda memerlukan data atau kutipan, Anda tidak perlu kehilangan momentum hanya karena harus mencari-cari sumber yang tersebar.
Menulis juga merupakan proses bertahap yang perlu diselesaikan satu per satu.
Jangan mencoba menyelesaikan semuanya sekaligus, karena itu justru bisa membuat kewalahan.
Misalnya, jika Anda sedang menulis artikel atau bab buku, fokuslah pada satu bagian terlebih dahulu.
Buat kerangka, kembangkan paragraf, lalu lakukan penyuntingan setelahnya.
3. Berpikir kreatif dan inovatif
Salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi penulis adalah ketika ide tiba-tiba terhenti di tengah proses menulis.
Pada titik ini, seorang penulis dihadapkan pada dua pilihan: menyerah dan berhenti menulis, atau mencari cara untuk menstimulasi kembali ide agar bisa terus berkarya.
Keputusan ini sepenuhnya berada di tangan penulis itu sendiri.
Dalam dunia kepenulisan, ada berbagai cara untuk memperkaya ide dan mengatasi kebuntuan kreatif.
Salah satunya adalah dengan terus membaca—tidak hanya buku yang relevan dengan topik yang sedang ditulis, tetapi juga berbagai jenis bacaan lainnya.
Terkadang, wawasan dari bidang yang tampaknya tidak berkaitan pun bisa menjadi pemicu munculnya ide segar.
Selain membaca, menambah wawasan melalui pendidikan formal, kursus, pelatihan, atau seminar juga bisa menjadi cara efektif untuk memperkaya gagasan.
Bahkan pengalaman sehari-hari, seperti berbincang dengan orang lain atau mengamati lingkungan sekitar, sering kali bisa menjadi sumber inspirasi yang tidak terduga.
Sayangnya, ada masalah klasik yang sering ditemui, khususnya di Indonesia: banyak yang ingin menjadi penulis, tetapi enggan mengembangkan wawasan.
Mereka malas membaca, enggan mengikuti pelatihan, dan jarang menghadiri acara literasi.
4. Buat draf menulis
Draf, dalam bahasa Indonesia, berarti versi awal atau bentuk kasar dari sebuah tulisan.
Pada tahap ini, jangan membatasi pikiran atau perasaan—biarkan ide mengalir bebas tanpa terlalu khawatir akan struktur atau kesempurnaan.
Teknik ini dikenal sebagai free writing, di mana penulis menuliskan apa pun yang terlintas di benaknya tanpa takut salah.
Dalam proses menulis, pembuatan draf dilakukan setelah tahap pramenulis, yaitu ketika ide-ide sudah mulai dikumpulkan dan dirancang dalam garis besar.
Agar penulisan draf tidak terasa berat dan melelahkan, sebaiknya pecah tulisan menjadi bagian-bagian kecil.
Misalnya, jika menulis buku, bagi menjadi bab atau subbab yang lebih spesifik.
Dengan cara ini, proses menulis terasa lebih ringan dan lebih mudah untuk diselesaikan dalam waktu yang realistis.
Alih-alih memaksakan diri menyelesaikan satu naskah panjang dalam satu atau dua bulan, menulis secara bertahap justru lebih efektif dan membantu menjaga konsistensi.
Selain membagi tulisan ke dalam bagian-bagian kecil, ada cara lain untuk membuat draf lebih menarik dan terorganisir.
Salah satunya adalah dengan menggunakan warna-warna berbeda untuk menandai poin penting atau kategori tertentu dalam draf.
5. Bergabung dengan komunitas
Menjadi penulis bukan berarti hanya berkutat dengan buku dan layar monitor sepanjang waktu.
Sebaliknya, seorang penulis perlu aktif membangun relasi, terutama dengan bergabung dalam komunitas menulis dan membaca.
Selain menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman, komunitas juga dapat menjadi sumber motivasi yang kuat.
Sering kali, melihat semangat orang lain dalam menulis dapat mendorong kita untuk lebih konsisten dan produktif dalam berkarya.
Misalnya, seorang penulis pemula yang bergabung dengan komunitas menulis mungkin awalnya merasa ragu dengan kualitas tulisannya.
Namun, dengan mendapatkan umpan balik dan dukungan dari sesama anggota, ia bisa lebih percaya diri dan terus mengasah kemampuannya.
Tak hanya itu, komunitas menulis juga menjadi wadah untuk meningkatkan keterampilan.
Banyak komunitas yang rutin mengadakan pelatihan, seminar, atau diskusi tentang teknik menulis, strategi menerbitkan buku, hingga cara membangun audiens.
Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ini, seorang penulis bisa terus berkembang dan memahami industri kepenulisan dengan lebih baik.
Kesimpulan
Pada akhirnya yang paling penting adalah mulai menulis, kamu juga bisa loh menerbitkan buku melalui dengan metode self publishing.
Melalui penerbit buku Nasmedia, yang sudah membantu lebih dari 6.000 penulis untuk menerbitkan karya-karya mereka di seluruh Indonesia.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk mulai nulis.