Pendahuluan
Waktu santai adalah peluang emas untuk merawat diri, bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional.
Di sela hiruk pikuk kehidupan, kita butuh jeda—dan buku bisa menjadi cara paling sederhana namun efektif untuk mengisinya.
Tak perlu cerita yang rumit atau tebal beratus halaman.
Entah itu kisah cinta yang membuatmu tersenyum sendiri, percakapan ringan yang membuka mata, atau refleksi personal yang membuatmu merenung tanpa merasa digurui.
Semuanya bisa menjadi teman ideal untuk sore tenang, malam sunyi, atau saat hujan turun pelan di akhir pekan.
Daftar buku berikut bukan hanya dipilih karena isinya yang ringan, tetapi juga karena kemampuannya menyentuh sisi manusiawi kita.
Setiap buku dilengkapi dengan sinopsis singkat dan kutipan pilihan—agar kamu bisa membayangkan suasana, emosi, dan nilai yang dibawa sebelum membukanya.
Dari fiksi lokal hingga terjemahan, dari cerita masa kecil hingga memoar penuh makna, semuanya siap mengisi waktumu dengan cerita yang layak dikenang.
Yuk, temukan bacaan yang bukan hanya mengisi waktu, tapi juga memperkaya jiwa.
Ini dia 10 rekomendasi buku ringan tapi berkesan yang patut masuk daftar bacaan santaimu.
1. Kita Pergi Hari Ini – Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Sinopsis: Dalam novel ini, Ziggy menghadirkan kisah tentang Maryamah Karpov, seorang gadis yang menjelajahi dunia penuh keajaiban, kehilangan, dan ikatan keluarga.
Dengan gaya dongeng modern yang puitis namun tetap membumi, cerita ini membawa pembaca ke dunia absurd yang penuh warna.
Di mana kucing bisa bicara dan petualangan tak terduga membawa pelajaran tentang keberanian dan cinta.
Buku ini adalah bagian dari seri Dua Dini Hari, tapi bisa dinikmati secara terpisah.
Kutipan: “Ada saatnya kita harus pergi, bukan untuk meninggalkan, tapi untuk menemukan apa yang benar-benar kita cari.”
2. Coffee Talk – Toge Productions
Sinopsis: Penulis mengadaptasi Coffee Talk dari game indie buatan Indonesia dan membawa pembaca ke dalam suasana hangat sebuah kafe malam fiktif di Seattle.
Tempat manusia, vampir, dan makhluk fantasi lainnya berkumpul untuk minum kopi dan berbagi cerita.
Setiap bab menghadirkan kisah pelanggan kafe, dari barista yang mendengarkan curhatan hingga pelanggan dengan dilema hidup yang manusiawi, seperti cinta, kehilangan, atau pencarian jati diri.
Gaya narasinya sederhana namun penuh kehangatan, seperti ngobrol dengan teman lama.
Kutipan: “Terkadang, secangkir kopi dan telinga yang mendengar adalah semua yang dibutuhkan seseorang untuk merasa utuh.”
3. I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki – Baek Sehee
Sinopsis: Buku ini adalah memoir berbasis percakapan antara Baek Sehee, seorang wanita Korea Selatan, dan psikiaternya.
Dengan jujur dan rentan, ia berbagi pengalaman hidup dengan kecemasan, overthinking, dan dysthymia (depresi ringan yang kronis).
Meski membahas topik kesehatan mental, gaya penulisannya ringan, seperti curhat sahabat, dengan sentuhan humor dan kepekaan budaya Korea, seperti kerinduannya pada tteokbokki saat sedang sedih.
Kutipan: “Aku ingin hidup sederhana, tapi kadang pikiranku membuat semuanya jadi rumit.”
4. Kukila – M. Aan Mansyur
Sinopsis: Kumpulan cerita pendek ini menampilkan gaya khas M. Aan Mansyur yang puitis, reflektif, dan penuh emosi.
Setiap cerita mengeksplorasi tema seperti cinta, kehilangan, dan pencarian makna dalam kehidupan sehari-hari, dengan latar yang kental akan nuansa Indonesia.
Ada cerita tentang seorang anak yang merindukan ibunya, ada pula tentang pertemuan tak terduga yang mengubah hidup.
Bahasanya lembut namun mengena, membuat setiap cerita terasa seperti puisi pendek.
Kutipan: “Ada cerita di setiap sudut hidup, kalau kita mau berhenti sejenak untuk mendengarnya.”
5. Eleanor & Park – Rainbow Rowell
Sinopsis: Berlatar di tahun 1980-an di Nebraska, novel ini mengisahkan cinta remaja antara Eleanor.
Gadis berambut merah dengan kehidupan keluarga yang rumit, dan Park, anak keturunan Korea-Amerika yang mencoba menemukan tempatnya di dunia.
Mereka bertemu di bus sekolah, terhubung lewat musik dan komik, dan perlahan jatuh cinta dengan cara yang tulus namun penuh tantangan.
Cerita ini manis, lucu, tapi juga menyentuh isu seperti bullying dan penerimaan diri.
Kutipan: “Kamu tidak perlu sempurna untuk dicintai, cukup jadi dirimu sendiri.”
6. Garis Waktu – Fiersa Besari
Sinopsis: Buku ini adalah kumpulan tulisan pendek, puisi, dan refleksi personal dari Fiersa Besari, yang dikenal lewat lagu-lagu dan tulisannya yang penuh emosi.
Tidak ada alur cerita linier, melainkan potongan-potongan pikiran tentang cinta, patah hati, perjalanan, dan pencarian makna hidup.
Setiap halaman terasa seperti catatan harian yang jujur, dengan bahasa yang sederhana namun mengena di hati.
Kutipan: “Kita bukan menyerah, hanya sedang belajar melepaskan apa yang bukan milik kita.”
7. Tuesdays with Morrie – Mitch Albom
Sinopsis: Mitch Albom menceritakan pengalamannya bertemu kembali dengan Morrie Schwartz, mantan profesornya yang sedang berjuang melawan ALS, penyakit yang perlahan merenggut nyawanya.
Setiap Selasa, mereka bertemu untuk membahas makna hidup, dari cinta, keluarga, hingga kematian.
Dengan gaya yang hangat dan tidak menggurui, buku ini menawarkan pelajaran hidup yang sederhana namun mendalam, berdasarkan kebijaksanaan Morrie.
Kutipan: “Cintailah satu sama lain, atau kau akan kehilangan segalanya.”
8. Aku, Meps dan Beps – Clara Ng
Sinopsis: Novel ini mengikuti petualangan seorang anak bernama Mika dan dua sahabat imajinasinya, Meps dan Beps, dalam dunia yang penuh keajaiban dan pelajaran hidup.
Penulis menyajikan cerita ini dari sudut pandang anak-anak, lalu menambahkan humor, kepekaan.
Dan cara pandang polos yang justru mengajarkan orang dewasa tentang keberanian, imajinasi, dan kejujuran.
Clara Ng meramu kisah ini dengan bahasa yang jenaka dan penuh warna.
Kutipan: “Dunia ini besar, tapi hati kecil kita bisa menampung semua keajaibannya.”
9. Norwegian Wood – Haruki Murakami
Sinopsis: Berlatar di Tokyo pada akhir 1960-an, novel ini mengisahkan Toru Watanabe, seorang mahasiswa yang terjebak antara dua cinta: Naoko, gadis rapuh dengan masa lalu kelam, dan Midori, gadis ceria yang penuh kehidupan.
Dengan nuansa melankolis dan musik The Beatles sebagai latar, Murakami mengeksplorasi tema kehilangan, cinta pertama, dan perjalanan menuju kedewasaan.
Bahasanya lembut, tapi penuh emosi yang mendalam.
Kutipan: “Jika kau hanya membaca buku yang dibaca semua orang, kau hanya akan berpikir seperti semua orang.”
10. The Boy, The Mole, The Fox and The Horse – Charlie Mackesy
Sinopsis: Buku bergambar ini mengikuti perjalanan empat karakter, yaitu seorang anak laki-laki, tikus tanah, rubah, dan kuda.
Yang berbagi percakapan sederhana namun penuh makna tentang persahabatan, keberanian, dan cinta.
Ilustrasi tangan yang indah menghiasi setiap halaman, sementara kutipan-kutipannya memberikan pelukan hangat yang menenangkan.
Buku ini tidak mengikuti alur linier; penulis menyusunnya sebagai kumpulan renungan yang bisa kamu baca secara acak, sesuai suasana hatimu.
Kutipan: “Apa hal tersulit bagimu?” “Untuk meminta bantuan.” “Ya, kadang itu adalah keberanian terbesar.”
Penutup
Menyisihkan waktu untuk membaca bukan soal punya banyak waktu luang, tapi soal memberi ruang bagi diri sendiri.
Di tengah hidup yang serba cepat, membaca buku memberi kesempatan untuk melambat—bukan untuk tertinggal, tapi untuk menemukan kembali apa yang penting.
Sepuluh buku yang kamu lihat tadi bukan sekadar daftar bacaan.
Buku-buku ini membuka pintu kecil menuju ketenangan, refleksi, dan kadang—kebahagiaan sederhana yang tak bisa kamu temukan di layar ponsel.
Yang penting, nikmati proses membacanya tanpa target dan tanpa tekanan.
Buku-buku ini bukan tentang teori berat atau konsep filosofis yang rumit.
Mereka adalah pelarian yang hangat, teman yang tidak menghakimi, dan ruang tenang yang bisa kamu kunjungi kapan saja.
Di tengah dunia yang penuh notifikasi, membaca buku adalah bentuk perlawanan kecil untuk tetap hadir dan waras.
Karena sesungguhnya, waktu santai bukan hanya soal istirahat fisik, tapi juga kesempatan untuk memberi makan jiwa.
Pilih satu buku dari daftar ini. Temukan sudut nyaman.
Larutlah dalam cerita yang lembut tapi penuh makna.
Kadang, satu halaman yang menyentuh lebih berharga dari seribu scroll yang kosong.