Ayu Indah Lestari
Ayu Indah Lestari
Penulis buku Meramu Rindu, Lintas Waktu, Dialektika Ruang Maya dan Sepasang (R)asa. Aktif dalam dunia literasi dan pendidikan sejak tahun 2012 serta saat ini bekerja sebagai asisten editor di Penerbit Nasmedia.

Hati-Hati, Tulisan Bagus Bisa Gagal Karena 1 Hal Ini

Daftar Isi

Pendahuluan

Pernahkah kamu membaca sebuah tulisan yang tampaknya sederhana, tapi justru membuatmu kebingungan?

Kalimat-kalimatnya mungkin benar secara tata bahasa, bahkan penuh dengan fakta menarik.

Namun, semakin kamu membacanya, semakin sulit menangkap apa maksud penulisnya.

Akhirnya, kamu menyerah dan entah berhenti membaca, atau malah salah menafsirkan isinya.

Situasi ini bukan hal baru. Banyak tulisan baik yang beredar di media sosial, blog pribadi, maupun jurnal ilmiah mengalami hal serupa.

Tulisan-tulisan itu gagal menyampaikan pesan karena kehilangan satu elemen penting: logika.

Penulis mungkin sudah menuangkan semua ide hebat yang ada di kepalanya.

Ia bisa jadi sudah membaca banyak referensi, bahkan mengutip sumber yang valid.

Namun, jika ia tidak menyusun idenya secara logis, semua itu akan sia-sia.

Sayangnya, tidak semua orang menyadari pentingnya logika dalam menulis.

Banyak penulis merasa cukup dengan menulis ‘dari hati’, atau sekadar mengikuti alur pikirannya sendiri.

Padahal, menulis bukan sekadar menumpahkan pikiran, tapi menyampaikannya secara terstruktur, agar pembaca mampu mengikuti.

Tanpa logika, tulisan akan seperti jalan tanpa rambu dan pembaca bisa tersesat, berputar-putar, bahkan kehilangan arah sepenuhnya.

Logika bukan hanya istilah teknis yang dimiliki kalangan akademik.

Ia adalah fondasi utama dalam proses menulis, baik untuk artikel ringan, esai opini, karya ilmiah, naskah edukatif, hingga konten kreatif.

Bahkan dalam cerita fiksi pun, logika tetap berperan karena pembaca perlu merasakan alur yang masuk akal dan perkembangan karakter yang wajar.

Jika logika diabaikan, maka tulisan yang semula penuh potensi bisa berubah menjadi tumpukan kalimat yang membingungkan.

Ide yang sebenarnya kuat bisa hilang dalam tumpukan paragraf yang tidak nyambung.

Dan yang lebih menyedihkan, pembaca tidak hanya kehilangan minat tetapi mereka juga kehilangan kepercayaan pada kredibilitas penulis.

Artikel ini akan membimbingmu memahami pentingnya logika dalam menulis, mengenali ciri tulisan yang lemah secara logika.

Dan membekalimu dengan langkah-langkah praktis untuk membangun tulisan yang runtut, jelas, dan meyakinkan.

Artiket Terkait:  Buku Cetak vs Ebook: Mana Yang Lebih Unggul Jaman Sekarang?

Apa Itu Logika dalam Menulis?

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu: apa sebenarnya logika dalam menulis?

Logika adalah cara berpikir yang terstruktur dan runtut.

Dalam tulisan, logika berperan sebagai “peta jalan” yang membimbing pembaca dari satu ide ke ide lainnya tanpa merasa tersesat.

Setiap kalimat memiliki peran. Setiap paragraf mendorong pembaca selangkah lebih dekat ke inti pesan.

Jika kamu ingin membuat tulisan yang mudah dipahami, maka kamu perlu memastikan bahwa setiap bagian saling terhubung secara logis. Dan kabar baiknya: logika bisa dilatih!

Mengapa Tulisan Butuh Logika?

Banyak penulis menganggap logika sebagai sesuatu yang otomatis.

Mereka berpikir selama idenya jelas, maka pembaca akan mengerti. Padahal tidak sesederhana itu.

Kamu perlu tahu, pembaca tidak bisa membaca pikiranmu. Mereka hanya bisa menangkap apa yang kamu tulis.

Jika alur tulisanmu melompat-lompat, maka pembaca akan bingung. Akibatnya, mereka berhenti membaca, atau lebih buruk: salah paham.

Dengan logika yang baik, kamu bisa:

  • Menyampaikan ide dengan urutan yang tepat
  • Membangun argumen yang meyakinkan
  • Mempermudah pembaca memahami pesan
  • Menghindari kontradiksi dalam isi tulisan

Tulisan yang logis itu seperti jalan tol: lurus, lancar, dan jelas arahnya.

Ciri-Ciri Tulisan yang Tidak Logis

Agar kamu bisa menghindari jebakan logika yang lemah, perhatikan beberapa tanda berikut ini:

Kalimatnya berdiri sendiri. Setiap kalimat terasa seperti ide baru, tanpa ada kaitannya dengan yang sebelumnya.

Ide melompat-lompat. Tiba-tiba membahas topik lain tanpa penjelasan atau transisi.

Kesimpulannya tidak nyambung. Apa yang disimpulkan tidak berasal dari pembahasan sebelumnya.

Tidak ada penjelasan sebab-akibat. Fakta disampaikan, tapi pembaca tidak tahu mengapa itu penting.

Contoh tulisan yang tidak logis:

“Harga sembako naik. Mahasiswa harus belajar lebih giat.”

Apa hubungannya? Mungkin penulis punya maksud tertentu, tapi tidak tersampaikan dengan jelas.

Artiket Terkait:  Banyak Penulis Hebat Gagal Terbitkan Buku: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Cara Membangun Tulisan yang Logis dan Mengalir

Lalu, bagaimana caranya agar tulisanmu punya logika yang kuat? Berikut ini langkah-langkah yang bisa kamu terapkan:

1. Susun Kerangka Sebelum Menulis

Jangan langsung menulis tanpa rencana.

Susun dulu kerangka atau outline yang memuat ide utama dan poin-poin pendukungnya.

Ini akan membantumu mengatur alur, sehingga tulisan tidak berputar-putar atau keluar jalur.

Misalnya, kamu ingin menulis tentang pentingnya literasi digital. Mulailah dengan latar belakang, lanjutkan dengan masalah yang ada, tawarkan solusi, lalu simpulkan.

2. Gunakan Kalimat Penghubung (Transisi) yang Tepat

Transisi adalah jembatan antaride. Gunakan frasa seperti:

  • “Pertama-tama”
  • “Selanjutnya”
  • “Sebaliknya”
  • “Di sisi lain”
  • “Akibatnya”
  • “Sebagai kesimpulan”

Dengan transisi, pembaca tahu ke mana arah tulisanmu. Mereka merasa ditemani, bukan ditinggalkan.

3. Pastikan Setiap Kalimat Mendukung Gagasan Utama

Dalam satu paragraf, jangan masukkan terlalu banyak ide. Fokuslah pada satu pokok pikiran.

Lalu, pastikan setiap kalimat di dalam paragraf itu mendukung dan memperkuat gagasan utamanya.

Kalimat pembuka → penjelasan → contoh → simpulan kecil. Begitu seterusnya, dari paragraf ke paragraf.

4. Bangun Pola Pikir yang Konsisten

Jika kamu memulai tulisan dengan pendekatan argumentatif, maka konsistenlah sampai akhir.

Jangan tiba-tiba berubah menjadi naratif tanpa alasan. Tulisan yang tidak konsisten akan mengganggu pemahaman pembaca.

Konsistensi juga penting dalam penggunaan istilah, sudut pandang, dan gaya bahasa.

5. Hubungkan Setiap Paragraf Secara Alami

Saat menyusun paragraf, pastikan akhir paragraf sebelumnya menjadi “jembatan” untuk paragraf berikutnya.

Jangan membuat paragraf baru yang benar-benar asing.

Transisi antarparagraf ini bisa kamu buat dengan mengulang kata kunci atau menggunakan pertanyaan retoris.

Contoh:

“Namun, masalah belum berhenti di situ. Di balik akses internet yang meluas, muncul tantangan baru: rendahnya literasi digital.”

Lihat? Paragraf baru muncul dengan pengantar yang mulus.

6. Gunakan Data, Contoh, atau Kutipan

Kalimat logis harus punya dasar. Jangan hanya mengandalkan opini pribadi.

Artiket Terkait:  Jadikan Menulis Kebiasaan, Ini Rekomendasi Aplikasi Jurnal Digital

Jika kamu mengutip data, memberi contoh, atau menggunakan teori, maka argumenmu akan terasa lebih meyakinkan.

Contoh:

“Menurut UNESCO, hanya 47% siswa di negara berkembang yang memiliki kemampuan membaca kritis. Ini menunjukkan bahwa akses pendidikan saja tidak cukup.”

Dengan cara ini, pembaca akan lebih percaya pada isi tulisanmu.

Latihan Kecil: Ubah Kalimat Acak Menjadi Paragraf Logis

Mari kita praktikkan.

Kalimat acak:

  • Teknologi berkembang pesat.
  • Banyak orang kehilangan pekerjaan.
  • Pendidikan harus menyesuaikan diri.

Setelah disusun secara logis:

Teknologi yang berkembang pesat memang membawa banyak kemudahan.

Namun, di sisi lain, tidak sedikit orang kehilangan pekerjaan karena otomatisasi.

Oleh karena itu, pendidikan perlu beradaptasi agar menghasilkan lulusan yang relevan dengan tuntutan zaman.

Paragraf di atas terasa runtut, bukan? Kamu bisa latihan membuat paragraf seperti ini setiap hari.

Hindari Kesalahan Logika Umum

Saat menulis, kamu juga perlu mewaspadai beberapa jebakan logika:

Generalisasi berlebihan: “Semua generasi muda malas membaca.” → Tidak semua.

Kesimpulan tidak berdasar: “Dia pintar karena anak dosen.” → Tidak logis tanpa bukti.

Kontradiksi internal: Di awal mendukung satu hal, di akhir menolaknya.

Baca ulang tulisanmu dengan kritis. Kalau perlu, minta orang lain membacanya.

Terkadang, orang lain lebih jeli melihat kekacauan logika dalam tulisan kita.

Logika Menjadikan Tulisanmu Bernyawa

Logika bukan hanya urusan akademik. Dalam dunia tulis-menulis, logika adalah napas yang membuat tulisan hidup dan bisa dimengerti.

Tanpa logika, tulisanmu hanya kumpulan huruf yang membingungkan.

Tapi dengan logika, kamu bisa mengubah ide menjadi pesan yang kuat.

Jadi mulai sekarang, biasakan membangun tulisanmu dengan logika yang jelas.

Buat kerangka. Gunakan transisi. Rangkai ide dengan alur yang masuk akal. Latih terus.

Karena semakin sering kamu menulis dengan logika, semakin mudah kamu membangun tulisan yang benar-benar mengena.

Share

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on telegram
Ayu Indah Lestari
Ayu Indah Lestari
Penulis buku Meramu Rindu, Lintas Waktu, Dialektika Ruang Maya dan Sepasang (R)asa. Aktif dalam dunia literasi dan pendidikan sejak tahun 2012 serta saat ini bekerja sebagai asisten editor di Penerbit Nasmedia.
Artikel Terkait