Pendahuluan
Kapan terakhir kali kamu membaca buku. Tidakkah kamu sadar kalau minat baca menurun di tengah budaya scroll saat ini?
UNESCO mengonfirmasi bahwa minat baca di Indonesia mencapai 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia cuma 1 yang mau membaca.
Di era digital saat ini, berbagai platform membanjiri kita dengan konten instan, mulai dari video singkat, meme kocak, hingga berita yang disajikan dengan cepat.
Jadi, hampir setiap orang akan memilih menggulir layar headphone mereka daripada membuka halaman buku.
Mereka menikmati hiburan cepat daripada menyelami bacaan yang panjang. Sehingga tidak heran jika membaca buku terasa berat.
Scrolling vs Membaca
Scrolling memberikan kepuasan instan bagi masyarakat. Karena terbiasa, melihat konten yang cepat dan ringan di media sosial.
Dominasi ini mendorong kita lebih memilih hiburan media sosial yang cepat dan ringan daripada membaca tulisan panjang.
Akibatnya, kebiasaan tersebut membuat banyak orang menurunkan minat bacanya karena mereka menganggap membaca melelahkan dan kurang menarik.
Kenapa Buku Dianggap Melelahkan?

Buku seringkali dianggap melelahkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.
Sementara pada era digital saat ini, otak kita sudah terbiasa menerima informasi yang singkat.
Membaca juga, menuntut kita untuk berimajinasi membayangkan isi cerita. Jadi, bagi banyak orang ini terasa berat.
Dibanding, menonton video langsung yang menyajikan gambar dan suara yang menarik.
Dampak Budaya Scroll

Dampak dari budaya ini bisa membuat otak terbiasa terburu-buru, dan ingin hal yang serba cepat, bahkan dalam memahami sebuah cerita.
Membuat konsentrasi menurun drastis, karena saat melakukan suatu aktifitas lain kita terganggu dengan mendengar notifikasi dari ponsel.
Terjebak doomscrolling dan zombie scrolling.
1. Doomscrolling
Merupakan kebiasaan terus-menerut mencari dan membaca konten negatif media sosial.
Yang bisa membuat orang merasa pesimis dan hilang harapan karena dampak dari bacaan yang negatif.
2. Zombie Scrolling
Kebiasaan ini mengacu pada aktifitas menggulir media sosial atau konten digital tanpa tujuan yang jelas layaknya “zombie”.
Dampaknya, seseorang menghabiskan waktu berjam-jam menatap gadget mereka, tanpa benar-benar memproses informasi yang mereka lihat.
Dampak Hilangnya Minat Membaca

Minat baca yang rendah membuat wawasan semakin dangkal. Informasi yang diserap terbatas pada headline atau potongan singkat.
Kemampuan berpikir kritis menurun karena jarang menelaah teks panjang. Akibatnya mudah terjebak informasi serta berita palsu.
Kreatifitas juga ikut terhambat, karena jarangnya membaca buku yang memiliki ide serta nilai yang tidak di miliki konten instan.
Strategi Meningkatkan Minat Baca

Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Berikut beberapa strategi praktisnya:
1. Pilih Bacaan yang Menarik
Mulailah dari hal yang kamu sukai, membaca novel atau komik yang sesuai dengan genre bacaanmu.
2. Konsisten Membaca
Buat rutinitas 5-10 menit setiap hari, untuk meluangkan waktu membaca.
Dengan konsistensi, lama-lama kamu akan mulai terbiasa dna fokus.
3. Manfaatkan Teknologi
Di era digital saat ini, kita harus memanfaatkan tegnologi keberbagai hal positif.
Seperti untuk meingkatkan minat baca, kamu bisa gunakan e-book, audiobook, atau aaplikasi yang mempermudah membaca di mana saja.
4. Ubah Format Baca Jadi Lebih Visual
Pilihlah buku bergambar yang menyajikan informasi secara visual yang menarik.
Dengan visualisasi, memudahkan pemahaman serta imajinasi yang tergambarkan saat membaca.
Penutup
Minat baca mungkin menurun di era digital, tapi langkah kecil kita dapat membawa perubahan besar.
Mulailah dengan membaca beberapa halaman setiap hari, pilih bacaan yang benar-benar kamu sukai, dan manfaatkan teknologi untuk mempermudah membaca.
Jangan biarkan, budaya scroll menguasai waktumu, kembalikan minat baca dan rasakan perbedaannya.













