Pendahuluan
Menurut Global Overview Report Digital 2025, era digital telah membawa 5,56 miliar orang atau 67,9 % populasi dunia ke internet, 5,24 miliar di antaranya aktif di media sosial.
Dengan kondisi kemajuan teknologi yang berkembang pesat, hal ini memaksa setiap orang untuk beradaptasi dengan cepat, hingga semua kegiatan dapat dilakukan secara digital.
Perkembangan ini dapat dimanfaatkan dengan membangun personal branding yang profesional di platform digital, terlebih era digital membuat penyebaran informasi dapat dilakukan dengan sangat cepat sehingga dapat membantu kita lebih dikenal oleh banyak orang.
Mengapa Personal Branding Kini Tak Terelakkan?
Arus informasi yang masif ini menjadikan “jejak daring” setara CV kedua.
CareerBuilder mencatat 70 % perekrut menilai kandidat lewat profil media sosial, dan 55 % pernah menolak lamaran setelah menemukan konten negatif.
“Brand yourself for the career you want, not the job you have.” — Dan Schawbel
Personal branding bukan sekadar “pencitraan,” melainkan proses strategis membangun reputasi berbasis keahlian, nilai, dan cerita pribadi.
Jika dikelola dengan baik, ia membuka pintu kolaborasi, promosi, dan peluang karier lintas batas.
Bagaimana Membangun Personal Branding di Era Digital?
Setiap orang dapat membangun identitas dengan menunjukkan keahlian, keunikan, dan kualitasnya untuk membentuk citra yang kuat.
Berikut Nasmedia menyajikan strategi untuk membangun personal branding di era digital.
1. Kenali dan Posisikan Diri Kamu
Sebelum membangun personal branding, langkah pertama adalah mengenali diri, keahlian yang ingin ditonjolkan, dan potensi lain yang ingin dikembangkan.
Coba tanyakan pada diri sendiri, seperti bagaimana kita ingin dikenal oleh orang lain?
Apa yang membedakan kita dari yang lain?
Masalah apa yang bisa saya pecahkan lebih baik daripada orang lain?
Jawaban inilah poros narasi kamu.
Kamu juga bisa menulis daftar kekuatan, passion, dan pencapaian.
Jika kamu merasa kurang, mulai melakukan pengembangan diri dengan mengikuti kursus daring, bootcamp, atau sertifikasi yang relevan.
Investasi kompetensi memastikan brand kamu selalu “up-to-date”.
Cobalah minta umpan balik dari rekan kerja atau manfaatkan alat tes kepribadian untuk lebih memahami dirimu.
Ini akan menentukan bidang spesifik yang sesuai agar branding yang dibangun memiliki arah yang jelas.
2. Optimalkan Media Sosial sebagai Etalase
Media sosial adalah platfrom yang kuat dalam membangun personal branding di era digital.
Konsistensi identitas visual dengan menggunakan foto profil profesional, palet warna, dan tone visual seragam di semua platform.
Pastikan foto profil dan jenis konten revelan di setiap media sosial, serta menentukan gaya komunikasi yang sesuai dengan platform, apakah lebih formal, santai, atau edukatif.
Perbarui bio, biarkan ia ‘berbicara’. Kamu bisa menyebut keahlian, prestasi, dan menambahkan tautan portofolio.
Dengan menggunakan bio profesional, setiap orang yang membaca dapat langsung memahami siapa diri kita dan apa yang kita tawarkan.
“The best personal brands aren’t overly curated; they effortlessly capture someone’s personality and the parts of them that make them unique.” — The Guardian Career Series
Hal penting yang perlu dilakukan di media sosial adalah menelusuri postingan lama, seperti menghapus konten yang berpotensi menurunkan kredibilitas. Ingat statistik perekrut di atas.
3. Produksi Konten Bernilai dan Konsisten
Menentukan dan membuat konten yang relevan atau sesuai bidang yang ingin ditonjolkan, dan membagikan insight atau pengalaman akan menunjukkan kualitas dan keahlian yang dimiliki.
Selain itu, menggunakan hashtag yang tepat maka akan membuat jangkauan semakin luas.
Pastikan konten yang dibuat berkualitas dan konsisten, agar orang semakin mengenal dan mempercayai personal branding kita.
Dalam membangun personal branding melalui media sosial, kamu bisa menerapkan Formula 4-E,yaitu Educate, Empower, Engage, dan Entertain.
Formula ini membantu membuat konten yang tidak hanya menarik, tetapi juga bernilai.
Pertama, Educate, yaitu memberikan edukasi kepada audiens, misalnya dengan membagikan utas di LinkedIn yang menjelaskan konsep seperti micro-interaction dalam desain.
Kedua, Empower, yaitu memberdayakan audiens dengan menyediakan sesuatu yang bermanfaat, seperti membagikan template Figma gratis yang bisa langsung mereka gunakan.
Ketiga, Engage, yaitu mengajak audiens berinteraksi secara langsung, misalnya melalui sesi tanya jawab (Q&A) atau polling seputar topik yang relevan.
Terakhir, Entertain, yaitu menghibur audiens dengan cara yang tetap sesuai dengan profesi atau bidang keahlian, seperti membagikan meme lucu yang relate dengan dunia kerja.
Keempat jenis konten ini jika diterapkan secara konsisten akan membantu membangun koneksi yang kuat dan citra profesional yang menarik.
Selain itu, kombinasikan antara tiga hingga lima hashtag yang sesuai dengan konten yang kamu buat, serta tambahkan satu hingga dua hashtag yang sedang tren, agar konten tersebut menjangkau lebih banyak audiens.
Selanjutnya, gunakan SEO secara tepat untuk membantu kontenmu mengjangkau audiens yang lebih luas.
Kemudia, buatlah kalender konten, langkah penting ini dalam membangun personal branding yang konsisten dan terarah.
Rencanakan unggahan secara mingguan agar tetap aktif dan relevan di mata audiens, karena algoritme media sosial cenderung lebih mengutamakan akun yang konsisten dalam membagikan konten.
Kamu dapat menggunakan alat analitik seperti Instagram Insights atau LinkedIn Analytics untuk mengevaluasi performa setiap unggahan, sehingga kamu dapat melihat konten mana yang paling efektif dan menyesuaikan strategi ke depannya.
4. Bangun Jaringan (Hybrid Networking)
Membangun jaringan—atau hybrid networking—artinya kamu perlu aktif menjalin relasi baik secara daring maupun luring.
Secara online, berpartisipasilah dalam diskusi LinkedIn, berikan komentar yang bermakna, dan bagikan insightatau studi kasus.
Sementara secara offline, jangan lewatkan kesempatan untuk bertemu langsung di meetup, konferensi, atau workshop; persiapkan elevator pitch singkat tentang diri dan keahlianmu, serta jadikan momen tersebut ajang tukar kartu nama dan ide.
Kunci keberhasilan hybrid networking adalah nilai timbal balik seperti berikan bantuan, bagikan sumber daya atau koneksi sebelum meminta pertolongan, sehingga hubungan yang terbangun menjadi saling menguntungkan dan berkelanjutan.
5. Belajar dan Beradaptasi Tanpa Henti
Dunia digital akan terus berkembang, begitu juga dengan tren dan strategi personal branding.
Oleh karena itu, penting untuk selalu belajar, mengikuti perkembangan terbaru, dan mengevaluasi personal branding secara berkala.
Lihat apa yang bekerja dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki, lalu sesuaikan strategi agar tetap relevan dan efektif.
Terus beradaptasi dengan perubahan akan membuat personal branding tetap kuat dan berkembang.
Penutup
Itulah lima poin yang Nasmedia rangkum untuk kamu yang ingin memulai personal branding.
Perkembangan era digital membuat kita dapat memanfaatkan media sosial, agar dapat dikenali secara profesional.
Profil yang terlihat menarik akan membuat kita lebih menonjol dan meningkatkan peluang karier.
Mulailah hari ini dengan mengaudit profil Anda, tulis bio baru, dan unggah konten pertama dari pilar kompetensi Anda. Ingat kata Warren Buffett:
“The best investment you can make is in yourself.”
Selamat membangun brand pribadi yang autentik dan berdaya saing di era digital!