Lia Amelia
Lia Amelia
Mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Negeri Makassar yang memiliki minat pada literatur dan budaya. Aktif sebagai anggota Hipermawa sejak 2022, terlibat dalam berbagai kegiatan yang mendukung pendidikan dan pengembangan masyarakat, dan senang menulis diary.

Perhatikan! 7 Kesalahan Fatal yang Bikin Naskah Ditolak

Daftar Isi

Pendahuluan

Kenyataannya, ada 7 kesalahan fatal yang bikin naskah ditolak oleh banyak penerbit besar maupun penerbit indie.

Bayangkan, setelah berbulan-bulan kamu menulis, mengedit, dan menuangkan seluruh energi pada naskah, penerbit malah menolaknya.

Menyakitkan, bukan? Apalagi jika kamu sudah yakin bahwa naskahmu layak terbit.

Fakta menariknya, Publishers Weekly pernah merilis data bahwa penerbit menolak lebih dari 70% naskah penulis pemula hanya karena masalah teknis dan kualitas dasar.

Artinya, masalah ini sebenarnya bisa kamu hindari jika tahu letak kesalahannya sejak awal.

Karena itu, kita akan membahas kesalahan-kesalahan yang paling sering penulis lakukan saat mengirimkan naskah ke penerbit. Yuk, simak!

1. Tidak Mengikuti Panduan Penerbit

Setiap penerbit, baik itu penerbit mayor seperti Gramedia Pustaka Utama maupun penerbit indie seperti Deepublish, dan penerbit self-publishing seperi Nasmedia, selalu menetapkan panduan teknis dan mewajibkan penulis untuk mematuhinya.

Mulai dari ukuran margin, jenis font, hingga cara menulis sinopsis. Sayangnya, banyak penulis yang mengabaikan aturan ini karena merasa detailnya sepele.

Kenyataannya, editor bisa langsung menolak naskah hanya karena format tidak sesuai. Bayangkan jika kamu jadi editor, tentu akan lebih memilih naskah yang rapi dan taat aturan, bukan?

2. Ide Klise dan Tidak Original

Naskah dengan tema pasaran seperti kisah cinta ala sinetron atau motivasi sudah sangat umum di penerbit.

Jika kamu tidak menulis ide dengan sudut pandang baru, naskahmu akan terlihat biasa-biasa saja.

Penerbit biasanya lebih tertarik pada karya yang unik, meski genrenya populer. Misalnya, novel misteri dengan plot twist terbaru atau buku motivasi yang menyajikan pengalaman nyata, bukan sekadar teori.

3. Tata Bahasa Berantakan

Kesalahan tanda baca, ejaan tidak sesuai PUEBI, atau kalimat yang bertele-tele adalah alasan klasik kenapa penerbit bisa menolak naskahmu.

Artiket Terkait:  Tips Mengubah Pengalaman Pribadi menjadi Buku

Editor penerbit tentu tidak ingin buang-buang waktu memperbaiki ratusan kesalahan teknis yang seharusnya bisa kamu selesaikan sejak awal.

Kamu bisa menggunakan alat bantu seperti Grammarly untuk bahasa Inggris atau KBBI daring untuk bahasa Indonesia. Kalau perlu, gunakan jasa editor profesional agar naskahmu benar-benar siap.

4. Tidak Ada Riset Mendalam

Buku nonfiksi, terutama yang ilmiah atau edukatif, sangat membutuhkan riset.

Misalnya kamu menulis buku tentang kesehatan, tapi tidak mencantumkan sumber data dari jurnal resmi atau penelitian valid, maka penerbit akan langsung menilai karyamu tidak kredibel.

Sama halnya dengan novel sejarah atau fiksi ilmiah. Tanpa riset, detail cerita akan terasa dangkal dan sulit meyakinkan pembaca.

5. Sinopsis Tidak Menaarik

Banyak penulis yang menyepelekan sinopsis, padahal sinopsis menjadi wajah pertama bagi editor.

Sinopsis yang bertele-tele, tanpa konflik jelas, atau justru menceritakan semua isi buku, akan membuat penerbit kehilangan minat sejak awal.

Kamu perlu melatih kemampuan menulis sinopsis singkat, padat, dan membuat penasaran. Ingat, sinopsis yang kuat bisa menyelamatkan naskahmu meski ada kekurangan kecil di dalam isi.

6. Terlalu Percaya Diri Tanpa Penyuntingan

Ada loh, penulis yang langsung mengirim naskahnya begitu selesai mengetik. Padahal, tanpa proses self-editing atau proofreading, naskahmu hampir pasti penuh kesalahan.

Penerbit besar seperti Mizan, bahkan menegaskan bahwa mereka lebih menghargai dan menyukai naskah yang sudah dipoles, bukan sekadar draft mentah.

Jadi, luangkan waktu minimal 2–3 kali untuk membaca ulang naskahmu sebelum mengirimkannya ke penerbit. Dengan begitu, kamu bisa mengurangi kemungkinan penolakan.

7. Tidak Memahami Target Pembaca

Penerbit selalu mempertimbangkan siapa target pembaca dari sebuah buku.

Jika kamu menulis buku anak dengan bahasa akademis yang kaku, jelas mereka akan menolak. Begitu pula sebaliknya.

Artiket Terkait:  Catat! 5 Kelebihan Jasa Layout Di Nasmedia

Nasmedia, misalnya, selalu menekankan pentingnya segmentasi pembaca dalam setiap proyek penerbitan. Tanpa kejelasan target, penerbit akan kesulitan memasarkan bukumu, sehingga risiko ditolak semakin besar.

Mengapa Kesalahan Ini Sering Terjadi?

Kebanyakan penulis terlalu fokus pada isi cerita, tetapi lupa bahwa penerbit melihat naskah sebagai produk yang hampir siap dipasarkan. Bukan hanya kualitas isi, tapi juga teknis, riset, format, dan target pembaca.

Inilah alasan mengapa kamu perlu melihat naskah dari sudut pandang penerbit, bukan hanya sebagai penulis.

Dengan begitu, kamu bisa menghindari jebakan-jebakan yang tampak kecil tetapi berakibat fatal.

Penutup

Menghindari 7 kesalahan fatal yang bikin naskah ditolak bukanlah hal sulit jika kamu mau mempersiapkan diri dengan baik.

Mulailah dengan memahami panduan penerbit, melakukan riset, menyunting naskah, dan memastikan ide serta sinopsismu benar-benar kuat.

Kalau kamu serius ingin naskahmu lolos seleksi penerbit, jangan ragu mencari bantuan profesional.

Banyak penerbit self-publishing seperti Nasmedia, Deepublish, atau bahkan layanan self-publishing modern yang bisa membimbingmu sejak proses editing hingga pemasaran buku.

Ingat, naskah yang ditolak bukan berarti kamu gagal jadi penulis. Itu hanyalah tanda bahwa ada bagian yang perlu kamu perbaiki.

Jadi, perhatikan kesalahan-kesalahan ini, benahi, dan kirim kembali naskahmu dengan lebih percaya diri. Siapa tahu, justru naskahmu yang akan menjadi bestseller berikutnya.

Share

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on telegram
Lia Amelia
Lia Amelia
Mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Negeri Makassar yang memiliki minat pada literatur dan budaya. Aktif sebagai anggota Hipermawa sejak 2022, terlibat dalam berbagai kegiatan yang mendukung pendidikan dan pengembangan masyarakat, dan senang menulis diary.
Artikel Terkait