Waqiah Nurul Mustaming
Waqiah Nurul Mustaming
Merupakan lulusan sarjana ilmu komunikasi Universitas Muslim Indonesia, karena aktif menjadi pers mahasiswa dan tertarik pada isu sosial dan pendidikan. Pernah menjadi ketua umum UPPM UMI dan Pimpred Cakrawala.id

Tips Terbaik Memilih Penerbit Buku

Daftar Isi

Pendahuluan

Men carrying a backpack and searching for books in the library.

Pada moment yang spesial ini, kami akan membagikan tips buat teman-teman yang ingin mencari penerbit buku atau tempat cetak buku yang tepat.

Ini bertujuan agar karya kamu diterbitkan dengan penuh kepuasan. Kenapa demikian?

Kami sedikit berbagi yah kak, ternyata di era digitalisasi ini ruang penerbitan juga sudah menjadi sarana penipuan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kok bisa begitu?

Kami pun terheran mendengar banyaknya klien Nasmedia yang curhat karena pernah ketipu oleh Penerbit buku abal-abal.

Bahkan mendengar curhatan itu, kamipun turut naik pitam mendengarnya.

Sebab, hampir 4 tahun Penerbit Nasmedia Pustaka berkecimpung di dunia literasi khususnya penerbit buku, kami berupaya membangun trust bahwa untuk semua penulis jika ingin menerbitkan buku yah harusnya ke penerbit buku, bukan ke percetakan umum.

Ibaratnya, harus ditangani oleh dokter spesialis lah, tidak cukup hanya dokter umum.

Sekiranya alasan artikel ini sudah jelas yah kak, jangan piker macam-macam!

Nah, sekarang kami ingin membagikan tips terbaik memilih penerbit buku.

1. Kenali Sistem Penerbit Buku

Question Mark Asking Curious Confuse Riddle Puzzle Concept

Kakak perlu kenali sistem penerbit. Nah di Indonesia, pada umumnya penerbit menggunakan 3 (tiga) sistem. Sistem Mayor, Indie dan Self Publishing/Penerbit Mandiri.

Baru mulai sudah bingung? Tenang, kami jelaskan.

Dari 3 (tiga) sistem penerbit yang kami jelaskan, tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Penerbit Mayor

Person choosing book from shelf

Padalah sistem tertua di dunia penerbitan buku, atau biasa disebut dengan penerbit konvensional. Sistem kerja penerbit ini tidaklah terlepas dengan pola SELEKSI NASKAH, ROYALTI PENULIS, DISTRIBUSI DAN PEMASARAN NASIONAL.

Kelebihan penerbit Mayor adalah penulis cukup memasukkan naskah kemudian diseleksi di ruang redaksi penerbitan.

Jika naskah kamu dianggap sesuai dengan visi Penerbit yang kamu tuju, akan diterima, jika tidak sesuai maka akan di TOLAK.

Kami sebut tidak sesuai yah, bukan tidak layak, karena sangat banyak naskah yang layak terbit tapi di tolak dengan alasan bla.. bla.. bla..

Pernah dengar Novel imajinatif Harry Potter? Ini adalah salah satu naskah yang pernah ditolak oleh Puluhan Penerbit pada masanya tetapi ternyata buku itu menjadi buku terlaris sepanjang masa dengan jumlah penjualan lebih dari 100 juta Eksemplar Copy. Wow!

Artiket Terkait:  3 Proses Penting yang wajib kamu lakukan sebelum menerbitkan buku

Kekurangan Penerbit Mayor adalah proses seleksi naskah yang masih sangat lama, bisa hingga 6 (enam) bulan baru pada tahap menunggu proses seleksi loh adapun jika naskah lolos, jika tidak berarti gagal deh.

Terus, kamu mendapatkan royalti yang kecil, yah hanya 5-10%. Tapi menurut kami wajar sih, karena proses budgeting produksi buku itu rumit dan mahal.

2. Penerbit Indie

Young smiling pretty caucasian schoolgirl wearing glasses sits at desk with school tools puts hand on face holds money isolated on orange space with copy space

Penerbit Indie adalah sistem yang tumbuh di generasi digital, memanfaatkan dunia maya, sistem ini pula mendapat tempat yang baik di hati penulis sebab, sistem yang diterapkan sangat memudahkan penulis yakni proses SELEKSI NASKAH CEPAT, ROYALTI PENULIS, PEMASARAN ONLINE DAN SISTEM PRE ORDER.

Kekurangan dari Penerbit Indie adalah lebih pada subjek penerbitnya.

Sebab menurut kami, masih sangat banyak penerbit yang mengaku indie tapi sistem kerjanya tidak indie (bingung kan?)

Banyak juga tuh penerbit indie yang baru tumbuh yang memang tidak memiliki pengalaman di dunia penerbitan akhirnya naskah penulis di proses secara tidak professional.

Terus, ada juga penerbit yang memberlakukan sistem indie, tapi proses penerbitannya juga berbayar. Bayangin aja deh, kamu mesti bayar biaya proses penerbitan terus saat buku terbit, kamu harus membeli buku kamu sendiri.

Dan penerbit memberikan royalti dari hasil penjualan buku kamu sendiri! Nyesek kan?

Tapi, jika penerbit indie professional (kami tidak sebut merk yah, jangan dibilang promosi dan berpihak lagi) pasti akan menerbitkan buku kamu secara gratis + pemasaran online yang mereka miliki itu luas sehingga menjamin penjualan online buku kamu berpotensi laris termasuk proses penyusunan buku kamu dilakukan secara profesional.

3. Self Publishing

Man working in printing house with paper and paints

Self Publishing atau Penerbit Mandiri adalah Transformasi dari Penerbit Indie, yang membedakan adalah sistem self publishing atau penerbit mandiri itu lebih mampu membaca era digital dengan bermain lebih pasif dan menjadikan penulis berperan aktif karena prinsip penerbit self publishing atau penerbit mandiri adalah menjadi mitra penulis, yakni penulis mengambil peran penting dalam PROSES PRA CETAK, PENENTUAN HARGA JUAL, SISTEM PENJUALAN PEMASARAN DAN TIDAK ADA SISTEM ROYALTI ALIAS 100% KEUNTUNGAN PENJUALAN MILI PENULIS.

Artiket Terkait:  6 Faktor Utama yang Mempengaruhi Minat Membaca

Kelebihannya adalah, Penulis dapat menentukan sendiri pemasaran, distribusi dan keuntungan penjualan yang diinginkan sesuai pertimbangan penulis sendiri.

Kekurangannya adalah seluruh biaya produksi buku ditanggung penulis. Tapi menurut kami itu sangat adil sih karena penerbit kan hanya mengambil untung dari biaya produksi sedangkan dalam penjualan, penulis 100% yang mengambil keuntungannya. Iya kan kak?

2. Kenali Mitra Penerbit Buku

Real estate agent and clients negotiating deals on an office hunt

Jika kamu ingin menerbitkan buku secara indie atau self publishing, yang paling penting kalian ketahui adalah Profile Company mitra penerbit kamu.

Sebab tidak sedikit penulis yang kurang teliti, asal milih penerbit dan endingnya kecewa. Kami beri tips dalam hal ini :

1. Rekam Jejak Penerbit

Winner concept with silver cup

Pengalaman dari banyaknya curhat penulis ke redaksi Nasmedia tentu bermacam-macam, tetapi yang paling banyak adalah penerbit tersebut tidak bertanggung jawab atau tidak amanah.

Banyak komplain penulis baik dari segi kualitas, wanprestasi bahkan penipuan yang terjadi bahkan penerbit tersebut hilang tanpa jejak. Sakit yah!

Nah cara mencarinya, kamu bisa menelusuri rekam jejak penerbit dengan cara meminta profile company, melihat profesionalitas website, jumlah terbitan buku, banyaknya mitra penulis, verificed perpusnas RI, keanggotaan IKAPI (ikatan penerbit Indonesia), ulasan dan rating di google media sosial.

Jika semuanya terpenuhi apakah sudah layak jadi mitra penerbit? Menurut kami sih belum, 1 lagi hal yang penting yaitu garansi kualitas.

Jika kualitas buku kamu buruk atau tidak sesuai espektasi? Apakah penerbit tersebut mau bertanggung jawab? (pada bagian ini kamu harus lebih hati-hati yah kak).

2. Kualitas Produksi Terjamin

Man working in printing house with paper and paints

Ada yang mau terbitkan buku tapi hasilnya hancur-hancuran? Pasti nggak ada yang mau kan? Kami pun juga nggak mau.

Nah soal kualitas produksi, kamu harus tau si penerbit memiliki mesin produksi seperti apa dan standarisasi kualitasnya gimana?

Sebab tidak sedikit penerbit indie maupun self publishing yang gaya-gayaan menulis di berkamu KUALITAS SAMA DENGAN GRAMEDIA.

Artiket Terkait:  Cara Asyik Mengasah Pikiran dan Suara Hati

Stop! Ini sudah mengandung unsur penipuan yah kak. Sebab dengan membaca slogan itu akan memikat penulis agar menerbitkan buku pada penerbit tersebut.

Perlu kami beri tahu yah kak. Setiap penerbit memiliki standarisasi terbitan yang berbeda, sebab mesin yang digunakan juga berbeda.

Jujur saja, saat ini belum ada penerbit Indie maupun self publishing yang memiliki mesin produksi hingga ratusan milyar seperti Gramedia. Bahkan masih sangat banyak penerbit yang kerjanya cuma foto mesin percetakan kemudian di klaim sebagai mesin produksinya.

Sampai sini mulai paham kan?

3. Harga Murah tapi tidak murahan

Hand with red sale sign

Point ini nih yang banyak masalah, tidak sedikit penulis menerbitkan buku berkualitas tapi maunya murahan.

Murahan? Iya lah kak.

Banyak penulis yang tidak menghargai profesi yang mendukung bidang-bidang penerbitan buku.

Seperti mau covernya super cantik tapi hanya dihargai 50ribu, layout super rapi tapi hanya dihargai 100ribu dan mau editing naskah tapi maunya gratisan.

Waduh ini tentu masalah kan? Logikanya kita balik deh, mau nggak kakak tuliskan buku orang lain tapi di bayar dengan harga segitu. Tentu nggak mau kan?

Nah itu baru soal pra cetak yah.

Terus gimana dengan urusan produksi buku?

Nasmedia sebagai salah satu penerbit yang memiliki mesin produksi buku sendiri masih sering sekali mendapatkan penawaran bahkan kritikan yang mengatakan harga produksi mahal dan sebagainya.

Itu membuat kami bertanya-tanya, apa si penulis paham dengan harga bahan baku?

Seperti begini contoh kasusnya, si penulis ingin menerbitkan dengan buku dengan jumlah 500 halaman, terus kami beri harga 40-60ribu.

Penulisnya kaget dengan bertanya “kok mahal sekali? Dipercetakan sebelah harganya Cuma 30an ribu”

Ini sontak membuat kami bertanya-tanya, kualitas bukunya seperti apa yah.

Harga kertas aja sekarang sudah 56ribu/500 lembar, belum harga sampul, biaya jilid, laminasi, cutting, wrapping dan sebagainya.

Ah nggak masuk dalam logika kami.

Sekian artikel tips terbaik memilih penerbit buku, semoga bermanfaat.

Share

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on telegram
Waqiah Nurul Mustaming
Waqiah Nurul Mustaming
Merupakan lulusan sarjana ilmu komunikasi Universitas Muslim Indonesia, karena aktif menjadi pers mahasiswa dan tertarik pada isu sosial dan pendidikan. Pernah menjadi ketua umum UPPM UMI dan Pimpred Cakrawala.id
Artikel Terkait