Zulmi Hakim
Rp.85.000
Deskripsi
Di sebuah kedalaman hutan yang belum tersentuh oleh waktu, tersembunyi sebuah suku pedalaman yang hidup berdampingan dengan alam. Pohon-pohon raksasa menjulang tinggi di sekitar mereka, menjadi saksi bisu kehidupan yang berlangsung selama berabad-abad.
Pagi itu bintang-bintang bersiap pamit, menyisakan siluet cahaya kecil di ujung perbukitan. Bintang Timur. Hari ini adalah hari yang dijanjikan, penduduk suku sudah bersiap sedari tadi, mereka semua mengenakan Cawot, pakaian khas penduduk suku. Suasana bahagia mengalir lembut mengisi setiap sudut hutan di desa itu.
Hutan terasa hidup dengan suara kicauan burung dan desir dedaunan yang diterpa angin pagi. Penduduk suku mulai berkumpul, membawa berbagai hasil hutan dan buruan untuk membuat perjamuan besar, ritual akan dilakukan. Ritual kelahiran sang penerus –sebuah peristiwa yang tidak hanya membawa kebahagiaan, tetapi juga menjanjikan kelangsungan hidup mereka.
“Tiga taring, tiga arah. Satu terang, satu gelap, satu hilang. Jika bersatu di bawah langit bersih dengan satu cahaya. Hanya yang tidak menginginkan, akan mendapatkan. Hanya yang tidak mencari, akan menemukan.”
Sebuah petuah lama yang diceritakan secara turun-temurun. Petuah yang diwarisi oleh sang penerus, tapi tidak ada yang pernah memahami apa maksudnya. Setelah belasan tahun, tiga anak yang berasal dari latar belakang berbeda; Surya, Sibran, dan Angga, mampukah mereka memecahkan petuah ini?
| Halaman | Penerbit |
| viii + 277 hlm | PT. Nas Media Indonesia |
| ISBN | E-ISBN |
| XXXXXXXXXXXXXXXXXXX | XXXXXXXXXXXXXXXXXXX |
| Ukuran | Bahasa |
| 14,5 x 20,5 cm | Indonesia |









