Hikmah Wardani
Hikmah Wardani
Menekuni Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris sejak tahun 2022. Berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan menulis dan berbagi cerita melalui kata-kata.

Ini Dia Kelebihan dan Kekurangan Sistem-Sistem Penerbitan yang Jarang Dibahas

Daftar Isi

Pendahuluan

Pernah nggak kamu kepikiran, “Kalau mau nerbitin buku, harus lewat jalur mana, ya?” Banyak penulis pemula mikirnya cukup kirim naskah ke penerbit besar, lalu tinggal nunggu.

Padahal, di Indonesia ada tiga sistem penerbitan lain yang jalannya beda-beda, yaitu penerbit mayor, penerbit indie, dan self-publishing.

Masalahnya, banyak orang yang belum paham perbedaannya.

Belum lagi, masih ada yang sudah setahun lebih menunggu kabar dari penerbit mayor tapi nggak ada kejelasan.

Ada juga yang sudah keluar biaya ke penerbit indie, tapi ujung-ujungnya dapat royalti kecil.

Nah sekarang, kamu nggak perlu bingung. Yuk kita bahas tuntas tentang kelebihan dan kekurangan dari tiap sistem penerbitan ini yang masih jarang dibahas.

Penerbit Mayor

Kalau ngomongin penerbit mayor, bayangkan aja seperti pemain besar di dunia buku. Mereka punya nama, jaringan distribusi luas, dan reputasi yang sudah lama berdiri.

Beberapa contohnya yang pasti kamu kenal adalah: Gramedia Pustaka Utama, Mizan, atau Bentang Pustaka. Buku mereka gampang ditemuin di toko-toko buku besar.

Kelebihan Penerbit Mayor

Enaknya nerbitin di penerbit mayor, kamu nggak perlu keluar uang sepeser pun. Semua biaya produksi ditanggung penuh, mulai dari penyuntingan, desain sampul, sampai distribusi.

Selain itu, kesempatan buat dikenal lebih luas juga besar banget karena jaringan mereka sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Kualitas buku biasanya terjaga karena ditangani editor dan desainer profesional.

Kekurangan Penerbit Mayor

Tapi, di jalur ini nggak selalu mulus. Kamu harus siap menunggu lama, bahkan bisa lebih dari setahun.

Belum lagi soal hak cipta dan distribusi yang biasanya berpindah ke penerbit. Artinya, kamu nggak bisa sembarangan cetak ulang atau jual sendiri.

Artiket Terkait:  Kenali 6 Jenis Literasi yang Harus Dikuasai di Era Digital

Ada kontrak yang lumayan ketat, dan royalti yang kamu terima kecil banget, hanya sekitar 5-10% dari harga buku. Jadi, walau bergengsi, belum tentu cocok buat yang cari keuntungan finansial.

Penerbit Indie

Kalau mayor itu penerbit besar bergengsi, indie bisa dibilang tipe penerbit kreatif yang mandiri. Mereka nggak sebesar mayor, tapi tetap punya standar kualitas.

Beberapa contoh yang mungkin kamu familiar adalah Marjin Kiri, Deepublish, dan Ellunar.

Kelebihan Penerbit Indie

Kelebihan paling terasa adalah waktu terbitnya yang lebih singkat. Kamu nggak perlu menunggu sampai hampir setahun, biasanya dalam beberapa bulan, buku sudah siap untuk cetak.

Royalti yang kamu terima juga lebih besar, sekitar 20-30% dari harga buku. Buat penulis yang ingin karyanya cepat hadir di pasaran, indie bisa jadi pilihan menarik.

Kekurangan Penerbit Indie

Meski lebih cepat, tetap ada biaya yang harus kamu keluarkan. Penerbit indie juga masih mengalihkan hak cipta dan distribusi, walaupun kamu sudah bayar.

Sistem kontrak pun tetap ada, dan sayangnya, royalti yang kamu terima bukan 100%. Di sinilah kadang muncul pertanyaan “Kok nggak seimbang ya?” Dari penulis.

Self-Publishing

Sekarang, kita masuk ke sistem yang makin populer belakangan ini: self-publishing.

Sesuai namanya, kamu bisa menerbitkan bukumu sendiri dengan bantuan platform penerbitan.

Di Indonesia, Nasmedia jadi salah-satu pelopornya. Mereka menawarkan proses terbit yang cepat, transparan, dan sepenuhnya dikendalikan penulis.

Kelebihan Self-Publishing

Self-Publishing itu rasanya seperti punya kendali penuh atas karya sendiri.

Waktu terbitnya super singkat, hanya 14-30 hari. Kamu juga dapat royalti 100% tanpa potongan.

Semua hak cipta, distribusi, dan keputusan ada di tanganmu. Nggak ada kontrak ribet yang bikin kamu kehilangan kontrol.

Artiket Terkait:  5 Langkah Mengubah Disertasi Menjadi Buku

Buat banyak penulis, ini terasa seperti kebebasan yang selama ini dicari.

Kekurangan Self-Publishing

Tentu saja, ada tantangannya juga. Kamu tetap harus keluar biaya di awal. Selain itu, sistem ini menuntut kamu untuk bisa multitasking, karena promo dan pemasaran biasanya harus kamu jalani sendiri.

Kalau belum terbiasa, mungkin terasa berat. Tapi, banyak penulis justru melihat ini sebagai kesempatan untuk benar-benar mengarahkan karier mereka sesuai keinginan.

Penutup

Dari ketiga sistem tadi, jelas nggak ada yang sempurna. Penerbit mayor menawarkan prestise, indie memberikan waktu terbit lebih cepat sedangkan self-publishing memberi kamu royalti penuh dan kebebasan penuh.

Pada akhirnya, semua tergantung tujuanmu sebagai penulis. Kalau kamu pengen bukumu cepat terbit, tetap pegang hak cipta, dan dapat royalti penuh, self-publishing bersama Nasmedia bisa jadi pilihan paling tepat.

Jadi, jalur mana yang bakal kamu pilih untuk karya pertamamu?

Share

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on telegram
Hikmah Wardani
Hikmah Wardani
Menekuni Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris sejak tahun 2022. Berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan menulis dan berbagi cerita melalui kata-kata.
Artikel Terkait